"Sosok" Part 1

Beberapa hari yang lalu, di facebook muncul sebuah postingan berjudul “KKN di Desa Penari”. Awalnya aku cuek saja, karena memang hampir setahun ini buka facebook hanya sekedar cek tanpa baca atau posting apapun, paling hanya sekali-kali saja.

Lalu hari berikutnya, hampir setiap hari banyak sekali yang ngereshare. Karena penasaran, akhirnya aku coba buka link yang dishare tersebut dan membacanya. Ternyata itu adalah cerita pengalaman KKN di sebuah desa yang terkenal mistis. Ada dua link yang dishare, yang mana merupakan cerita dari dua sudut pandang berbeda, yaitu dari sudut pandang Widya dan Nur (bukan nama sebenarnya. Cerita ini ditulis di thread twitter oleh akun @SimpleM81378523. 

Kata orang, cerita ini seram. Namun yang aku rasakan setelah membacanya bukan takut, malah penasaran dengan thread horror lainnya dan coba mencari lebih banyak. Selain itu, aku juga ingat beberapa pengalaman yang tidak mengenakan beberapa tahun lalu. Pengalaman ini pernah aku tulis, namun lupa kapan dan di mana menulisnya. Jadi, di sini aku akan tulis dan ceritakan kembali. Mungkin tidak seram, tapi ini adalah pengalaman yang masih aku ingat meski sudah lama sekali.

Kita mulai saja ceritanya.

***

Kejadian terjadi kurang lebih tahun 2006/2007, aku tidak terlalu ingat tahunnya, namun yang pasti saat itu aku masih kelas 6 SD. Seperti kebiasaan di kampung pada umumnya, anak-anak di sore hari akan berangkat untuk mengaji, saat malam menginap di rumah guru ngaji, dan pagi setelah mengaji subuh mereka pulang. Yang baru aku tahu beberapa tahun kemudian, ini disebut ngaji kalong atau ngalong.

Saat itu malam sabtu, biasanya ada pengajian mingguan untuk bapak-bapak di masjid DKM, dan mang Haji (sebutan untuk guru ngaji laki-laki) pergi menghadiri pengajian. Jadi kami yang biasanya mengaji di masjid, saat itu mengaji di rumah guru ngaji dan digantikan oleh istrinya.

Sebelum ngaji dimulai, kami biasanya menghapal dulu. Saat asyik menghapal, tiba-tiba ada suara orang yang melempar batu kerikil bercampur tanah ke genting. Tentu kami semua kaget, bahkan ada beberapa anak yang marah-marah, karena kami kira yang melempar batu itu santri laki-laki.

Setelah isya, selesai mengaji dan shalat kami pergi ke wc atau jamban. Karena di kampungku masih jarang orang yang memiliki WC pribadi di rumahnya, jadi hanya beberapa orang yang memiliki jamban, jadi kadang satu jamban digunakan oleh beberapa rumah. Saat itu kebetulan guru ngaji masih belum memiliki jamban pribadi, jadi harus ikut ke jamban tetangga dan harus melewati 3 rumah untuk sampai ke sana.

Saat keluar dari rumah dan baru beberapa langkah, tiba-tiba dari atas pohon jeruk ada seekor burung yang menyambar ke kepala. Burung ini berwarna hitam legam, walaupun cahaya lampu tearam, namun warna dari burung masih terlihat jelas. Aku tidak tahu burung apa itu. Dan sepertinya yang menyadari hal tersebut hanya aku, karena yang lain sikapnya biasa saja dan masih terus berjalan sambil bercanda.

Aku tidak bicara apapun dan langsung melanjutkan langkah. Namun ketika sudah melewati satu rumah, tiba-tiba “DUAR” dan semua menjerit karena terkejut. Ternyata itu adalah para santri laki-laki. Mereka bersembunyi di balik pohon bidara, dan mengagetkan kami saat kami lewat. Tentu saja mereka mendapat semprot dari anak-anak, karena saat itu sudah malam dan mereka malah menjaili kami.

Seperti biasa, setelah dari jamban kami siap-siap untuk istirahat. Karena tidak ada satupun yang mau tidur di dekat pintu, akhirnya aku mengalah. Jadi setiap malam aku tidur paling ujung. Karena sudah biasa tidur dekat pintu, jadi saat akan tidur perasaan biasa saja.

Setelah baca do’a, aku pun tertidur. Hingga, tiba-tiba aku terbangun dan merasa malam itu lebih dingin dari biasanya, seperti ada angin yang sangat besar berhembus. Karena tidak kuat, akhirnya aku bangkit dan baru sadar angina itu msuk melalui celah-celah di bawah pintu. Karena terlalu dingin, aku tutup celah itu dengan bantal agar rasa dinginnya berkurang.

Setelah merasa aman dan tidak dingin lagi, aku berbaring kembali untuk melanjutkan tidur. Namun, baru saja berbaring tiba-tiba pintu terbuka. “Aneh” pikirku. Sebab aku masih ingat sebelum tidur sudah menutup dan masang palang pintu (tulak), tapi kok bisa terbuka begitu saja.

Sebenarnya apa yang terjadi?
Kenapa pintu tiba-tiba terbuka padahal sudah dipasang palang pintu?

(bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Infinity of Love

Review Tokoh: Asa, Malaikat Mungilku

Ubah Tanya dengan Doa