The Diary of Ashima: KKN (Kenal, Ketemu, Nikah)

Pernahkan berpikir, siapa yang akan jadi jodoh kita? Dan di mana akan dipertemukan?
Bagaimana jika ternyata kita belum pernah bertemu dengannya? Atau hanya mengenalnya sekilas melalui media sosial? Bisakah pernikahan dibangun tanpa cinta?

Dulu aku pikir semua itu tidak mungkin. Bagaimana bisa pernikahan dibangun tanpa cinta? Dan bagaimana mungkin menikah dengan orang yang baru dikenal di media sosial dan belum pernah bertemu. Bagaimana jika dia tidak sesuai dengan yang diharapkan?

Namun ketika beberapa kali aku mengenal laki-laki, dan beberapa kali pula hatiku dipatahkan, akhirnya pikiran itupun berubah. Cinta itu bukan segalanya. Cinta adalah rasa yang mungkin suatu saat akan sirna. Ya, karena hati manusia mudah berubah. Dan jika Allah berkehendak, maka siapapun bisa jadi jodoh kita, walau dengan dia yang belum pernah dikenal sekalipun.

Sejak tahun 2015, aku memutuskan untuk tidak lagi dekat dengan laki-laki. Karena aku tak ingin ada lagi hati yang terluka. 

3 tahun berlalu.
Suatu hari di bulan September 2018, ada seseorang yang mengirimkan pesan melalui Messenger. Awalnya aku cuek saja, namun karena penasaran akhirnya ku balas. Dia bertanya banyak hal dan tentu langsung dijawab. Tetapi ketika ditanya kembali, tak ada satu pun yang dijawab.

Saat itu aku merasa kesal, bagaimana bisa dia bertanya namun tak mau menjawab pertanyaan. Sampai akhirnya dia menanyakan beberapa orang yang dia kenal, dan salah satunya adalah menantu adik nenek (aku menyebutnya paman). Karena penasaran, akhirnya aku bertanya kepada paman tersebut. Dan ternyata itu sepupunya.

Beberapa hari kemudian, dia masih terus mengirimkan pesan. Dan setelah itu tidak ada lagi pesan darinya. Hingga awal bulan Desember, dia mengirimkan pesan kembali dan meminta nomor WA. Karena dia sepupunya paman, jadi mungkin tidak apa-apa jika aku memberinya.

Tidak berapa lama dia mengirimkan nomornya melalui pesan WA. Di WA pun dia hanya sekali-kali mengirimkan pesan, itu pun hanya sekedar sapaan. Tak pernah ada percakapan panjang. Aku pun sudah tak ingin tahu tentangnya. Ada satu percakapan yang panjang, itu pun ketika membicarakan tentang pemilu, selain itu tidak ada lagi.

Waktu terus berjalan, pada tanggal 07 Maret 2019 dia mengirimkan pesan kembali. Pesannya berbeda dari sebelumnya dan membuatku terkejut. Dia menanyakan apakah aku sudah ada yang lamar, atau sedang menjalankan ta'aruf (tentang taaruf nanti akan ku bahas ditema khusus).

Aku tak ingin berbohong, akhirnya aku jawab saja tidak ada. Dan ternyata tujuannya menanyakan itu, dia ingin mengajak taaruf. Apa yang membuatku terkejut? Tentu saja karena kita belum pernah bertemu, hanya kenal di media sosial, dan itupun kita sangat jarang komunikasi.

Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan perkenalan, aku tak ingin menyebutnya taaruf. Sesuai kesepakatan kami memutuskan untuk bertemu pada tanggal 04 April 2019. Bukan tanpa halangan, awalnya aku sulit mendapatkan ijin dari tempatku kerja, sampai aku harus melobi dengan berbagai alasan.

Pertemuan pertama bertempat di rumah nenek, aku ditemani ibu, nenek dan kakek. Sedangkan dia ditemani kakak ipar dan sepupunya. Setelah itu, tidak ada pertemuan lagi. Dan komunikasi pun tetap jarang. Pesan hanya seminggu sekali, dan tidak pernah ada telpon. Apalagi dia menjadi salah satu panitia Pemilu di Desanya.

Waktu terus berlalu. Pemilu pun selesai, namun dia masih sibuk. Ya aku paham, karena Pemilu tahun ini rasanya paling ribet. Sampai akhirnya masuk bulan Mei, dan bertepatan pula dengan bulan Ramadhan. Di bulan ini, pertama kali nya dia nelpon dan salah satunya meminta maaf karena satu dan lain hal.

Awalnya sempat ragu, antara melanjutkan atau tidak. Akhirnya aku mencoba untuk shalat istikharah dan berdo'a kembali. Dan aku memutuskan untuk melanjutkannya, apapun yang akan terjadi nanti.

Sebenarnya jika dibilang lancar, tidak juga. Karena ada beberapa hal yang menjadi hambatan dan membuat beberapa rencana tertunda, diantaranya:
•Di bulan April ada pemilu, jadi dia fokus sebagai panitia dan membuat proses perkenalan terhambat.
•Di bulan Mei masuk bulan Ramadhan, memang tidak menghambat proses, namun di sini digunakan untuk mengenal lebih dalam masing-masing.
•Awal bulan Juni lebaran dan saat itu pamannya meninggal.
•Yang terakhir masih di bulan Juni, aku memutuskan untuk menghabiskan kontrak kerja terlebih dahulu sampai akhir bulan.

Setelah beberapa pertimbangan, kami memutuskan untuk melanjutkan ke tahap selanjutnyan. Dan akhirnya, tanggal 28 Juni dia datang ke rumah dan bertemu dengan orang tuaku. Sedangkan aku baru pulang dari Bandung pada tanggal 30 Juni. Dan kami memutuskan untuk melaksanakan akad pada tanggal 11 Juli, dua minggu setelah dia bertemu dengan orang tuaku.

Tidak ada pesta meriah, tidak ada makanan mewah. Hanya acara sederhana, akad pun dilakukan di KUA sesuai permintaannya. Memang kami sepakat untuk tidak ada resepsi yang meriah dan mengeluarkan banyak biaya.

Bagi kami buat apa resepsi mengeluarkan banyak biaya, ngutang sana-sini, membuat repot orang tua. Sedangkan nanti setelah nikah malah harus bayar utang. Jadi lebih baik acara sederhana, kalau punya uang bisa digunakan untuk membiayai hidup.

Baru beberapa kali bertemu tapi sudah nikah, memangnya cinta? Aku tidak akan menjawab pertanyaan ini. Karena hakikat tertinggi pernikahan bukanlah cinta, tapi ketakwaan kita pada Allah.

Cinta itu bisa saja hilang ditelan masa. Dan jika menikah hanya karena cinta tanpa takwa, maka jika cintanya telah hilang dia akan mencari cinta yang lain. Namun jika dia menikah karena takwa kepada Allah, meskipun cinta tak ada lagi di hati, dia tetap akan menjaga pernikahan dan tak akan mencari cinta yang lain. Karena cintanya hanya kepada Allah, dan pada hakikatnya cinta itu milik Allah.

Sukabumi, 2019

#OneDayOnePost #OdopBatch7 #GrupKairo

Komentar

  1. Sebelum menikah jg aku dulu suka penasaran tentang jodoh yang masih Allah rahasiakan. Akan tiba masanya nanti Allah bukakan tabirnya.. Bersiaplah 😊

    BalasHapus
  2. Jadi inget masa muda heheh... Keren mbak... Penasaran sama kelanjutannya... Pacaran setelah nikah πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

    BalasHapus
  3. Masya Allah...luar biasa kakak πŸ˜πŸ€—

    BalasHapus
  4. Betul, ga usah pacaran 😊

    Mampir BW dari asrama Nottingham πŸ˜…πŸ˜Š

    BalasHapus
  5. Masya Allah bagus sekali kisahnya. Menikah itu tak perlu cinta.. tapi mempertahankan pernikahan itu butuh cinta. Kata murrobiyahku gitu.

    Insya Allah sambil jalan nanti saling mengenal karakter satu sama lain.. cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Kalau kata orang Jawa, waiting trisna jalaran saka kulina.

    Yang pasti pernikahan itu 10% kecocokan, 90% penyesuaian. Selamat saling menyesuaikan :)

    BalasHapus
  6. Cerita hati yang mengalir lancar dan bisa dirasakan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Infinity of Love

Review Tokoh: Asa, Malaikat Mungilku

Ubah Tanya dengan Doa