Menanti (Part 3)
Mencintai Dalam Ikhlas
Setiap hari sebelum kelas dimulai, menyempatkan diri untuk melaksanakan salat duha di masjid kampus. Rasanya hati ini menjadi tenang setiap kali masuk ke dalam masjid. Saat itu pula aku selalu mendengar suara merdu yang melantunkan ayat suci. Kadang suaranya terdengar bergetar, seperti menahan tangis.
Hari ini kuliah libur, jadi ku gunakan waktu untuk istirahat dan membantu Ibu. Namun ada sebuah pesan masuk ke gawai.
[Pengumuman... Kepada seluruh anggota LDK diharapkan hari ini berkumpul, karena akan ada sharing dengan kakak kece 😉😉]
Sebuah pesan singkat dari salah satu anggota bidang Kominfo LDK (Lembaga Dakwah Kampus) yang cukup membuat penasaran, terlihat dari respon anggota yang lain. Kakak kece? Siapa dia? Entahlah, siapapun dia yang penting mendapatkan ilmunya. Bukankah ada peribahasa yang mengatakan "lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan". Mending aku bersiap-siap dulu.
"Ra, ada Ratna!" Panggil Ibu.
"Iya, Bu." Jawabku.
Semenjak Riri menikah, Ratna lah yang selalu mengantar-jemput. Kata teman-teman, kami sudah seperti surat dan perangko, tidak bisa dipisahkan. Setelah selesai, aku keluar karena tidak mau membuat sahabatku satu ini menunggu.
"Ayo, Rat!" Ajakku.
"Tante, kami berangkat dulu." Pamit Ratna kepada Ibu.
"Iya, Nak. Kalian hati-hati, bawa motornya jangan ngebut." Nasihat ibu.
"Iya Bu, insyaallah." Jawab kami.
Saat di atas motor tidak ada percakapan, karena jalanan terlalu berisik. Sesampainya di kampus, kami langsung menuju masjid. Ternyata sudah banyak yang datang. Tetapi, di pojok masjid ada seseorang yang belum pernah aku lihat. Siapa dia? Apa mungkin dia yang dimaksud kakak kece?
Kami dipersilakan berkumpul dan duduk terpisah antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki tadi duduk di samping Kak Andri, ketua LDK.
"Baik teman-teman, terima kasih sudah meluangkan waktu, meskipun di antara teman-teman mungkin ada yang sedang libur. Perkenalkan di samping saya ada Kak Fahmi. Beliau adalah salah satu alumni kampus kita dan merupakan ketua LDK angkatan pertama. Beliau saat ini sedang melanjutkan pendidikan di Kairo, Mesir. Baiklah mari kita persilakan untuk memulai sharing." Kak Andri memperkenalkan laki-laki di sampingnya.
"Terima kasih Kak Andri yang telah memperkenalkan saya. Teman-teman bisa memanggil saya kakak." Laki-laki itu membuka sharing, lalu melanjutkan dengan beberapa materi.
Deg... Sepertinya aku mengenal suara itu. Tapi di mana? Tiba-tiba Ratna berbisik.
"Bagaimana, Ra? Ganteng kan?" Tanya Ratna. "Sekarang sudah tahu kan, siapa pemilik suara yang selama ini kamu kagumi." Lanjutnya sambil terkekeh.
Ternyata dia pemilik suara yang setiap pagi melantunkan ayat al-Quran. Pantas saja rasanya tidak asing. Ku lirik sekilas. Benar kata Ratna, dia memang ganteng. Ku tundukkan kembali pendangan, jika terus manatapnya takut menjadi dosa.
Setelah selesai kak Fahmi menyampaikan materi, dilanjutkan sharing dan tanya-jawab. Ratna bertanya.
"Kak, kalau ada seorang wanita yang jatuh cinta kepada laki-laki, apakah boleh dia mengungkapkan perasaannya?"
Apa-apaan dia, kenapa bertanya seperti itu. Aku cubit pahanya, dia terkekeh. Sepertinya sengaja. Ku rasakan pipiku memanas, sepertinya memerah.
"Boleh, asalkan dengan cara yang diridai-Nya. Tahu caranya?" Tanya Kak Fahmi.
"Taaruf." Jawab semua anggota.
"Betul sekali, dengan taaruf. Baik laki-laki atau wanita boleh mengajukan taaruf lebih dulu." Kata kak Fahmi.
"Tapi kan malu kak. Nanti disangkanya wanita gampangan." Kata Ratna.
"Siapa bilang? Bahkan Ibunda Khadijah saja mangajukan terlebih dulu. Tapi dengan catatan harus ada prantara, jadi tidak langsumg blak-blakan ngajak taaruf. Seperti Ibunda Khadijah yang dibantu Nafisah untuk menyampaikan maksudnya kepada Nabi SAW. Untuk materi taaruf mungkin nanti akan disampaikan oleh yang lebih memahami." Jawab kak Fahmi.
"Ada pertanyaan lagi?" Tanya Kak Andri.
"Tidak ada," kami menjawab serentak.
"Jika tidak ada pertanyaan lagi, barangkali dari kak Fahmi ada yang mau ditambahkan?" Tanya Kak Andri
"Ketika cinta menyentuh hati, tak akan ada yang bisa menolak. Karena cinta itu murni dan suci datang dari Ilahi. Janganlah kau nodai, jadikanlah cinta terberkahi. Jika belum siap memintanya kepada orang tua, cintailah dalam ikhlas. Karena saat kau mencintai dalam ikhlas, hatimu akan tenang, tak akan ada rasa sakit saat melihatnya bersama yang lain. Cukup doakan yang terbaik. Jika berjodoh, maka akan dipersatukan. Namun jika tidak, janganlah bersedih. Karena Allah memiliki rencana yang lebih indah. Janganlah terlalu berharap kepada makhluk, karena kamu akan kecewa. Berharaplah kepada-Nya." Kak Fahmi menutup sharing dengan pesan yang cukup panjang.
Setelah selesai, kami saling bersalaman. Saat berjalan menuju parkiran, Ratna mulai menggodaku.
"Tuh Ra dengar. Ajak saja taaruf, gampang kan!"
"Apaan sih Rat?"
"Ikhlas Ra." Katanya lagi.
"Ikhlas apaan?" Tanyaku tidak mengerti.
"Cintai Kak Fahmi dalam ikhlas. Kalau sudah yakin kamu ajak taaruf saja, daripada diambil orang. Aku siap kok jadi perantara."
"Sudahlah Rat, kamu kenapa sih? Me-nye-bal-kan."
Sebetulnya, tidak ada yang salah dengan yang dikatakan Ratna maupun kak Fahmi. Hanya saja jika mengajak taaruf? Rasanya tidak mungkin. Kami tidak saling kenal, bahkan aku baru melihatnya sekali ini. Saat ini cukup mengikhlaskan dan mendoakan yang terbaik.
"Hey, ngelamun saja. Pasti mikirin kak Fahmi ya?" Ratna menyenggol tanganku lalu berlari.
"RATNA!" Aku mengejarnya.
Setelah sampai parkiran, kami langsung naik motor dan pulang.
bersambung...
#OneDayOnePost
#OdopBatch7
#GrupKairo
#TantanganPekan8
Ihh dia nya malu-malu meong yaa...😀😀
BalasHapuswah mantap nih ceritanya maskin seruuu hehe
BalasHapusMantapp
BalasHapusSeru sekali ceritanya
BalasHapusKeren nih ceritanya
BalasHapussemangat kak :)
BalasHapus