Review Tokoh: Asa, Malaikat Mungilku

Judul Novel              : Asa, Malaikat Mungilku (Kisah Nyata Perjuangan Gadis Kecil Penderita  Lupus)
Pengarang                 : Astuti J. Syahban
Penerbit                   : Hikmah Publisher (PT Mizan Publika)
Cetakan ke                : Pertama, Februari 2009
Tebal Halaman        : xii + 401 halaman
Ukuran                      : 12,8 x 20 cm.

Sinopsis Novel :
Novel ini menceritakan kisah seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun bernama Asa. Asa adalah seorang gadis periang. Ia tinggal bersama ayahnya yang berprofesi sebagai seorang jurnalis dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang bijaksana juga dua orang saudara yang menyayanginya. Rasanya tak ada yang kurang dari hidup seorang Asa. Tak ada masalah yang berat yang dihadapinya.

Sayangnya, keceriaan itu harus terusik saat suatu hal terjadi pada kehidupan Asa. Asa harus berjuang melawan penyakit “serigala” yang menggerogotinya. “Serigala” itu adalah kelainan yang mendekam di tubuh Asa sendiri. Dunia medis membahasakannya dengan sebutan Lupus. Nama formalnya Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyakit langka ini hingga kini masih menjadi “misi mustahil” untuk disembuhkan.

Hari-hari yang berat dijalani Asa. Keharusan untuk tinggal dirawat dirumah sakit berhari-hari pun ia jalani. Normalnya, anak seusianya sedang sibuk sekolah, belajar dan bermain. Namun demikian, Asa tetap menjalani hari-harinya dirumah sakit dengan ceria, bahkan ia banyak menemukan sahabat barunya di rumah sakit tersebut. Kebiasaan Asa mengaji dan bersholawat pun tetap ia jalani, itu menunjukkan betapa besarnya cinta Asa kepada Allah. Ibu Asa dengan sabar menemani anaknya selama masa perawatan, dan ayah Asa, dengan penuh usaha mencari biaya untuk pengobatan Asa yang jumlahnya tidak sedikit.

Perjuangan Asa untuk bertahan hidup dan bisa menggapai cita-citanya, rupanya tak tercapai. Tuhan berkehendak lain, ia harus pulang kembali ke pangkuan Sang Khalik. Uniknya, banyak hal-hal menakjubkan terjadi ketika jenazah Asa disemayamkan, sampai dikebumikan di tempat peristirahatah terakhir. Bahkan, saat itu, jenazah Asa nampak tersenyum seperti seorang gadis kecil yang manis yang terlelap tidur. Semua hal ini tentu membuat banyak orang takjub. Kehadiran Asa, kini hanyalah sebuah kenangan manis bagi keluarga, sahabat, dan orang-orang yang menyayanginya.

***
Review Tokoh : Asa, Gadis Pejuang Penderita Lupus

Namanya Asa, anak kedua dari Ibu bernama Astuti J. Syahban dan Ayah bernama Drs. Joko Syahban. Asa lahir tanggal 31 Maret 1997 dengan nama lengkap Asa Putri Utami. Dia memiliki seorang kakak perempuan nernama Brita Putri Utami, dan adik laki-laki bernama Muhammad Wulangreh.

Asa adalah anak yang periang, baik, solehah dan penyayang. Selain itu, segala sesuatu yang dilakukannya harus tampak rapi dan sempurna. Itulah kenapa Brita –kakaknya– selalu memanggil dengan sebutan miss perfek.

Asa juga mudah bergaul, terbukti dari banyaknya teman yang dimilikinya. Tidak hanya yang seusianya, bahkan ada yang seusia Brita. Suatu hari Asa bilang kepada mamanya, "Ma, Asa punya satu Mama, tapi punya banyak Ibu". Ya, kepada ibu teman-temannya di sekolah, baik TK maupun SD dan ibu-ibu dekat rumahnya selalu dia panggil "Ibu", banyak juga ibu-ibu yang menganggapnya seperti anak sendiri karena sifat baik Asa.

Asa memiliki cita-cita menjadi seorang dokter dan penghafal al-quran. Dia aktif di sekolah, terbukti dari beberapa kali mengikuti pentas seni di sekolahnya. Bahkan, saat dirinya sakit pun ingin tetap pergi ke sekolah, karena tidak mau tertinggal pelajaran.

Tahun 2006, Asa mulai merasakan demam. Maret 2006 kakinya tidak bisa digerakkan seperti lumpuh, namun setelah dibawa ke dokter dan istirahat bisa kembali normal. Pada Oktober 2006 Asa di opname, dan dokter mengatakan bahwa ada infeksi ditubuh asa, dia menderita parathypus tipe B. Beberapa minggu kemudian, Asa masuk rumah sakit kembali. Di hari pertama Asa didiagnosis menderita demam berdarah dengue, di hari kedua diduga menderita thalasemia, dan hari ketiga dokter menduga asa terserang aedopotic thrombocitopeniae purpure (ATP).

Pada tanggal 15 Desember 2006, orang tua asa menemui seorang profesor ahli Hematologi dan Onkologi. Setelah dilakukan pemeriksaan kepada Asa dan wawancara dengan ibunya, sang profesor menyimpulkan bahwa penyakit Asa adalah systemic lupus erythematosus (SLE), yaitu suatu penyakit aoutoimun yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh.

Setelah divonis mengidap lupus, akhirnya kegiatan Asa dibatasi. Dia paling banyak tiduran, ke sekolah hanya dua atau tiga hari dalam seminggu. Selebihnya di rumah digunakan untuk membaca al-quran. Karena Asa ingin menepati janjinya menjadi penghafal al-quran. Dia pun tidak berhenti melantunkan salawat.

Selama dua bulan yaitu Mei dan Juni 2007, Asa selalu kontrol sehingga lupusnya tidak aktif. Tapi harus tetap dijaga. Sampai suatu hari Asa kembali masuk rumah sakit dan dokter mengatakan bahwa ada kebocoran di jantung sebelah kiri Asa yang disebut ASD.

Asa tidak pernah putus asa meski penyakitnya sangat sulit untuk disembuhkan. Dia terus berjuang dan bersabar menghadapi segala cobaan. Yang selalu diucapkan adalah "Allah, Allah, Allah". Dia tidak ingin orang tuanya sedih, jadi ketika ibunya merasa patah, Asa selalu menyemangatinya.

Namun ternyata Allah lebih menyayangi Asa. Allah memanggil Asa di usianya yang ke sepuluh. Asa meninggal pada hari Selasa tanggal 11 September 2007 di RS Dr. Moewardi Surakarta.

Namun, banyak sekali keajaiban yang terjadi saat Asa meninggal. Beberapa orang yang melihat jenazahnya mengatakan bahwa Asa tersenyum. Para pelayat melaksanakan salat jenazah berjamaah di musala secara bergantian. Saat pelaksanaan shalat jenazah inilah terjadi peristiwa yang membuat semua orang terkejut, semua orang bercerita kepada mama dan papa Asa bahwa mereka mendengar suara orang yang keras serentak bertahlil.

Ketika jenazah Asa diangkat oleh beberapa orang untuk dimasukkan ke dalam mobil, mendadak dari arah barat berjalan ke timur serombongan anak remaja yang kebanyakan laki-laki dan jumlahnya ratusan orang melantunkan kalimat thayibah. Anak-anak muda itu berjalan menerobos para tamu. Setelah dekat mobil jenazah mereka mengucapkan salam dan empat orang dari mereka meminta izin untuk menggantikan mengusung beranda menuju mobil jenazah.

Di pemakaman, selain banyak orang yang mengantarkan jenazah Asa, di sana pun terjadi peristiwa aneh. Rombongan anak muda yang muncul pada waktu jenazah Asa hendak diberangkatkan dari rumah duka, ternyata sudah berada di kuburan. Mereka meminta diizinkan untuk mengurus semua acara penguburan, mulai dari mengusung keranda hingga memasukkan ke liang lahat.

Namum papa Asa terkejut karena di sana juga ada Pak Daryono teman papa Asa ketika nyantri. Dia memanggil papa Asa dan meminta agar nanti dialah yang memasukman jasad ke liang lahat. Akhirnya terjadilah semacam rebutan antara Pak Dar dan para remaja tadi. Akhirnya disepakati mereka bersama-sama memasukkan jasad asa ke dasar liang lahatnya.

Karena ketegaran, kesabaran, kebaikan, dan kesalehahan Asa, dia pergi dengan bahagia dan damai. Asa meninggal dengan keadaan Khusnul Khatimah.

Semoga Asa bahagia di sisi-Nya. Dan orang-orang yang ditinggalkan selalu diberi kesabaran dan ketabahan.

#OneDayOnePost
#ODOPBatch7
#Nonfiksi
#Tantangan2
#RCO6
#ReviewTokoh

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Pesan-Pesan Cinta Untukmu

Sahabatku

Selamat Ulang Tahun Keponakanku