Kisah Sang Call Center 2

Sudah lama sekali ingin melanjutkan tulisan ini. Namun karena ada beberapa hal yang mengganggu fokus, jadi belum bisa nengerjakan. Karena aku adalah salah satu orang yang harus fokus ketika mengerjakan sesuatu, dan tentunya harus hening. Jadi beberapa minggu ini aku posting tulisan lain, dan mungkin unfaedah. Mari kita lanjutkan.
***

Psikotes

Ku buka sms perlahan, jantung pun berdebar. Tada... Ternyata berisi panggilan untuk psikotes dan interviu pada hari kamis pukul sembilan, lokasinya di tempat drop cv kemarin. Nano-nano rasanya. Ada senang juga terhura, eh terharu.

Besoknya pagi sekali aku bangun dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Sebelum subuh cepat-cepat mandi, karena takut keburu antre atau habis air. Setelah selesai mandi siap-siap pergi ke masjid untuk shalat berjamaah dan mengaji.

Mengaji selesai pukul enam pagi, langsung sarapan dan bersiap-siap. Karena takut macet, berangkat pukul setengah delapan, walaupun dijadwal dimulai pukul sembilan.

Untukku istilah "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" tidak mempan, bagiku "lebih baik datang lebih awal daripada terlambat". Itulah sebabnya setiap akan bepergian pasti menghitung jarak dan waktu terlebih dahulu, dengan kemungkinan macet.

Aku naik bus kota. Benar saja hari itu macet luar biasa. Untung berangkat lebih awal. Turun diperempatan, lalu jalan kaki dan belok ke sebelah kiri. Sampai di kantor pukul setengah sembilan dan langsung naik ke lantai dua menggunakan lift.

Di lantai dua langsung menemui satpam dan menunjukkan sms panggilan psikotes. Lalu mengisi kembali formulir pendaftaran. Ternyata yang harus diisi banyak sekali dan harus lengkap.

Kebiasaan jam orang Indonesia, di mana pun dan kapan pun pasti saja ngaret. Itulah yang tidak aku sukai. Sudah pukul setengah sepuluh, tapi belum juga dimulai. Tetapi bagaimanapun aku harus tetap bersabar dan setia menunggu.

Tidak lama kemudian kami dikumpulkan dalam satu ruangan, kurang lebih ada sekitar 35 orang. Jantung pun berdebar lebih kencang. Psikotes pun dimulai, ada beberapa tes yaitu:
Tes Logika Aritmatika
Tes Logika Penalaran
Sepulsa.com
Tes Logika Verbal
Tes Wartegg
Sepulsa.com
Dan yang terakhir Tes Kraepelin dan Pauli atau yang lebih dikenal Tes Koran.

Nah tes yang terakhir ini yang pertama kali bagiku, kalau yang lain sudah pernah walaupun tidak seserius kali ini.

Para peserta dibagi sebuah kertas yang dilipat. Ukuran kertasnya cukup lumayan, kurang lebih 42,0 x 59,4 cm (A2). Ketika dibuka, wooooow... Luar biasa, dalam satu kertas angka semua.  Untungnya tidak phobia angka. Kebayang kan kalau phobia? Waktu buka kertas langsung pingsan.

Untungnya waktu SD sampai SMA, matematika adalah pelajaran favorit, jadi tidak masalah dengan hitungan dasar. Tetapi untuk rumus-rumus entahlah, sudah lama sekali.

Psikotes selesai saat adzan dzuhur berkumandang. Hasilnya akan diumumkan pukul dua siang. Berarti masih ada waktu sekitar dua jam, bingung harus apa. Ada teman sesama peserta mengajak mencari makan, dan kami memutuskan untuk keluar kantor. Dekat kantor ada sebuah kedai bakso, dan makan di sana. Saar itu adalah yang pertama dan terakhir makan di sana.

Sambil makan kami bercerita banyak hal. Dari kampung halaman, sampai tempat kuliah dan alasan melamar kerja di sana.

Setelah selesai makan, kami shalat di mushola kantor. Pukul setengah dua kami berkumpul di lobby. Tiba-tiba ada seorang pria yang sesama peserta mengatakan bahwa pengumuman sudah ada. Lalu kami naiklah ke lantai dua.

Ternyata benar, pengumuman sudah ditempel di dinding temat satpam jaga. Tidak semua peserta lolos, dari sekian peserta hanya 24 orang yang masuk. Aku cari namaku, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Dan ternyata...

#OneDayOnePost
#OdopBatch7
#GrupKairo


Sebelumnya Kisah Sang Call Center 1 (Melamar)
Selanjutnya Kisah Sang Call Center 3 (Interviu)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Pesan-Pesan Cinta Untukmu

Sahabatku

Selamat Ulang Tahun Keponakanku