Bukan Anti Sosial 2

Setelah lulus SD, aku melanjutkan sekolah di salah satu SMP swasta. Namun karena jarak dari rumah mamah ke SMP jauh, jadi aku tinggal di bersama nenek.

Awal-awal tinggal di rumah nenek, biasa saja. Dan aku melakukan kegiatan seperti biasa. Namun seiring berjalannya waktu, semua berubah. Nenek jadi semakin overprotektif. Aku tidak boleh main kemana-mana, pulang sekolah harus langsung pulang tidak boleh main dulu.

Saat itu kegiatanku hanya mengaji, sekolah, di rumah. Begitu seterusnya setiap hari. Bagaimana tidak monoton? Saat libur sekolah hanya main dengan adik sepupu (anak bibi), karena rumahnya sampingan. Aku benar-benar merasa terkekang, ini itu tidak boleh. Sepertinya daripada ibu, neneklah yang paling overprotektif

Pernah sekali di hari minggu mengerjakan tugas ke rumah teman, dan pukul 2 siang belum selesai jadi belum pulang. Akhirnya nenek mencariku dan ditanya ke sana kemari. Padahal sebelum berangkat sudah minta izin.

Aku tahu alasan kenapa nenek semakin hari semakin overprotektif. Saat itu di daerahku banyak kejadian dikalangan remaja, banyak anak-anak yang mabuk-mabukan, perempuan yang hamil di luar nikah, dan pergaulan bebas. Mungkin nenek takut jika aku terjerumus ke dalam pergaulan bebas juga.

Yang paling menyebalkan, aku pernah dimarahi dan disalahkan karena sesuatu yang tidak aku perbuat. Kesal dan marah sudah pasti, namun hanya bisa dipendam dalam hati, karena tidak berani membantah dan hanya menerima. Pernah beberapa kali aku berusaha untuk menjelaskan, tapi tidak pernah sekalipun didengar. Ada tapi tak dianggap, itulah yang aku rasakan. Sakit, sakit sekali.

Karena itulah aku yang tadinya ceria, menjadi pendiam. Yang biasanya aktif, lebih senang diam di kamar dan menghabiskan waktu dengan tumpukan buku. Kadang sambil menangis untuk meluapkan kekesalan yang terpendam karena sering disalahkan. Saat itu belum mengenal internet, hp saja masih yang layarnya hitam putih (lebih dikenal dwngan sebutan hp cinitnit).

Sampai akhirnya aku lulus SMP, dan melanjutkan ke SMA di yayasan yang sama. Tentu saja aku tetap tinggal di rumah nenek. Aku sudah membayangkan bagaimana monotonnya hari-hariku selama tiga tahun ke depan, disalahkan karena hal yang tidak pernah diperbuat, dimarahi tanpa mendengarkan penjelasan terlebih sahulu, sama halnya ketika di SMP. Inginnya masa SMA segera berakhir, tapi tidak mungkin bukan? Karena ini baru permulaan.

Ketika SMA, aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan Pramuka. Ya, agar hidupku tidak semonoton saat SMP. Setidaknya ada satu kegiatan tambahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Pesan-Pesan Cinta Untukmu

Sahabatku

Selamat Ulang Tahun Keponakanku