Diary Pernikahan : Teruntuk Suamiku

Tulisan ini khusus untuk mengingat 1 tahun, saat pertama kali suami datang menyapa (saat itu belum tahu kita akan menikah)
Doc. Pribadi

Suamiku…
Ingatkah kau satu tahun lalu, ditanggal dan bulan yang sama seperti hari ini? Ya, tanggal 12 September 2018. Saat itu pertama kali kau mengirimkan pesan padaku melalui Messengar. Kau menyapaku dengan ucapan salam, awalnya aku tak ingin membalas, namun ketika ku lihat profilmu dan ternyata kita satu daerah, akhirnya ku jawab salammu.

Setelah itu kau bertanya banyak hal padaku, dan aku pun langsung menjawabnya. Namun ketika aku bertanya kembali, tak ada satu pun yang kau jawab. Kau tahu bagaimana perasaanku saat itu? Kesal, itulah yang kurasakan. Bagaimana tidak kesal jika pertanyaan tidak dijawab.

Hingga akhrnya kau menanyakan beberapa orang yang kau kenal, dan salah satu dari mereka aku mengenalnya. Dia adalah menantu dari adik nenekku dan aku memanggilnya paman. Karena penasaran aku Tanya pada paman siapa dirimu, dan ternyata kau adalah sepupunya.

Kemudian di bulan Desember kau menghubungiku kembali dan meminta nomor WhatsApp-ku.  Kau pun mengirmkan nomormu melalui pesan WhatsApp, dan beberapa kali kita berkomunikasi meskipun sangat singkat.

Suamiku…
Di bulan Maret ketika kau bertanya apakah sudah ada yang melamarku atau mengajak taaruf, saat itu aku terkejut. Bagaimana tidak? Kita yang sangat jarang berkomunikasi, namun tiba-tiba kau menanyakan hal itu. Bahkan setelah kau menyatakan ingin menjalani taaruf denganku pun, kita masih jarang berkomunikasi.

Pada bulan Juli, kau menggenggam tangan ayahku dan mengucapkan janji suci. Janji suci yang aku harapkan hanya sekali seumur hidup. saat itu perasaanku bercampur-aduk, antara bahagia dan tak percaya. Aku bahagia akhirnya Allah mempertemukan dengan jodohku. Aku tak percaya, karena proses perkenalan kita terlalu singkat.

Suamiku…
Aku bahagia kau telah memilihku tuk mendampingimu. Namun aku tak akan menanyakan alasan kenapa kau memilihku. Karena aku tahu, kau tak akan suka ditanya alasan. Dan aku pun tahu, saat kau memutuskan untuk memilihku, kau sudah mempertimbangkan dengan matang. Ya, jika tak ada pertimbangan, tak mungkin kau memilihku. Karena kita hanya kenal sekilas, bahkan belum pernah sekali pun bertemu.

Aku pernah berpikir, apakah kau sungguh-sungguh menjadikanku sebagai pasanganmu. Karena kita belum saling mengetahui satu sama lain. Namun aku percaya, jika Allah telah berkehendak maka semua akan terjadi. Rencana Allah lebih indah dari apa yang kita bayangkan.
Sekali lagi, aku tak akan menanyakan alasanmu memilihku. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih telah memilihku. Meski aku tak sempurna dan bukan siapa-sapa, namun aku akan berusaha menjadi yang terbaik bagimu. Aku akan berusaha tu mentaatimu, karena saat ini kaulah surgaku.

Terima kasih suamiku…

Sukabumi, 12 September 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Infinity of Love

Review Tokoh: Asa, Malaikat Mungilku

Ubah Tanya dengan Doa