Penyesalan Masa Lalu

Doc. Pribadi
“Masa lalu biarlah berlalu. Jangan kau ungkit jangan ingatkan aku”. Itulah yang dikatakan Inul Daratista dalam lagunya yang berjudul Masa Lalu.

Setiap orang tentunya memiliki masa lalu. Dan masa lalu tersebut berbeda-beda, ada yang bahagia, sedih, baik bahkan buruk. Ada yang ingin dilupakan, ada juga yang disimpan sebagai kenangan. Tidak semua orang mampu melupakan masa lalu. Kadang, ada yang berusaha melupakan, namun semakin berusaha malah semakin teringat.

Ya, aku pun memiliki masa lalu yang saat ini menjadi sebuah penyesalan, Awalnya ingin melupakan, namun tidak sepenuhnya bisa. Meski sudah lupa, kadang di waktu-waktu tertentu teringat kembali. Sampai aku menyerah dan membiarkannya begitu saja.

Di sini aku bukan untuk membuka aib masa lalu, hanya ingin sharing dan mungkin saja ada yang mengalami atau merasakan hal yang sama.

Aku tidak mengerti kenapa melakukan hal itu. Padahal tahu bahwa itu tidak baik, bahkan dalam Islam tidak diperbolehkan karena banyak mudaratnya. Tapi entah kenapa masih saja dilakukan. Jika mengingatnya kembali, aku merasa bodoh karena melakukan yang tidak seharusnya dilakukan. Seandainya waktu bisa diputar kembali ke masa lalu, aku tidak akan melakukannya lagi. Sebetulnya aku menyadari hal itu tidak ada untungnya, malah lebih banyak ruginya.

Dulu aku pernah dekat dengan laki-laki. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, yang pasti hal itu terus aku lakukan selama beberapa tahun. Padahal sudah sering disakiti dan dikhianati, tapi masih saja dilakukan. Seandainya hati buatan manusia, mungkin sudah banyak yang robek atau berlubang, saking seringnya sakit hati. Tapi entah kenapa tidak pernah kapok, malah terus mengulangi hal yang sama dengan orang yang berbeda.

Pernah sewaktu-waktu merasa lelah dan ingin berhenti dari semuanya. Namun sayang, hanya bertahan beberapa saat. Setelah itu memulai kembali dengan yang lain. Jika saat ini dipikirkan, buat apa sih melakukan itu? Gak ada untungnya. Menyesal? Pasti. Tapi mau bagaimana lagi, semua telah terjadi. 

Aku pernah merenungkan alasan kenapa melakukan hal tersebut. Dan sepertinya aku menemukan jawaban. Ya saat itu aku merasa malu sama teman-teman, karena mereka semua sudah memiliki pacar. Takut dianggap tidak gaul juga, karena saat itu yang memiliki pacar dianggap anak gaul. Yang terakhir aku merasa kasihan dengan mereka yang berusaha mendekati, padahal tidak ada perasaan suka apalagi cinta, hanya kasihan saja jika tidak diterima.

Menyesal, itulah yang aku rasakan beberapa tahun terakhir. Hatiku sudah sangat lelah dengan segala rasa sakit yang diterima. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti dan berniat untuk berubah menjadi lebih baik. Aku berusaha untuk memperbaiki diri dan mencari kesibukan, serta menjaga jarak dari lawan jenis. Hanya dekat dengan teman sekelas, organisasi, pesantren, dan teman main.

Awalnya berat, karena banyak godaan yang datang, bahkan ada beberapa laki-laki yang mencoba mendekati. Namun aku harus konsisten dengan niatku untuk berubah. Beberapa kali hampir goyah, namun masih bisa diatasi.

Beberapa waktu kemudian, aku mengenal lagu-lagu yang sangat memotivasi dari seorang motivasinger, yaitu Kang Abay Adhitya. Kemudian mengetahui Bang Arif Rahman Lubis. Akhirnya aku kepo dan mencoba stalking akun Ig keduanya. Di sanalah aku mulai mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan bahaya pacaran, taaruf, cara memperbaiki diri, bagaimana menjemput cinta dengan cara yang diridhai-Nya dan sebagainya.

Setelah bekerja, aku membeli buku Kang Abay yang berjudul Cinta dalam Ikhlas dan Hijrah itu Cinta. Juga membeli buku Bang Arif yang berjudul Aku Tersentuh Cinta, Aku Menjemput Cinta dan Pesan-Pesan Cinta Untukmu. Selain membeli buku, aku pun beberapa kali mengikuti seminar Pra-nikah.

Sebetulnya, setelah mengetahui lebih dalam bahaya pacaran dan cara menjemput cinta dengan cara yang baik, penyesalanku meningkat. Namun aku sudah bisa mengikhlaskan masa lalu, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Dan aku jadikan masa lalu sebagai cermin untuk menjadi lebih baik ke depannya, serta tidak mengulangi hal yang sama.

Pada akhirnya, setelah aku berhasil mengikhlaskan masa lalu, Allah mendatangkan seseorang yang mengajak untuk meraih masa depan bersama. Tanpa adanya pacaran, tidak berduaan sebelum halal. Tidak ada kalimat “Maukah jadi pacarku”, yang ada hanyalah “Maukah Taaruf/menikah denganku”. Sungguh indah takdir Allah.

Aku tidak akan men-judge yang pacaran, karena nyatanya pernah di posisi tersebut. Namun hanya ingin menyampaikan bahwa tanpa pacaran lebih baik. Pacaran setelah menikah lebih indah. Apapun yang dilakukan saat pacaran (tanpa ikatan pernikahan) menjadi dosa, sedangkan semua yang dilakukan bersama ketika pacaran (setelah menikah) menjadi pahala. 

Nb : Mohon maaf jika ada yang tersinggung. Terima kasih buat yang sudah membaca.

#OneDayOnePost #OdopBatch7 #GrupKairo

Komentar

  1. Wah, Alhamdulillah ternyata kisah inspiratif tentang hijrah nih.

    Aku boleh memberi sedikit koreksi ya ..

    Nama Inul daratista seharusnya pakai D kapital jadi Daratista ya,

    Madharat itu mungkin yang sesuai KBBInya Mudarat ya, kalau tetep pengen pakai Madharat bisa dicetak miring ya Kak,
    ta'aruf juga ada di KBBI kak, tapi nulisnya taaruf. jadi gak usah dicetak miring. hehe

    Gak atau enggak? menurut KBBI?

    tulisan Nama sepertinya gak perlu di cetak miring ya Kak? Kang Abay, Bang Arif

    ada satu typo sepertinya
    bagaimaa pasti maksudnya bagaimana kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kak untuk koreksinya, dan terima kasih sudah mengingatkan...

      Jazakillah khair kak

      Hapus
  2. Semangat terus untuk menulis!, ASHIMA! :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Pesan-Pesan Cinta Untukmu

Sahabatku

Selamat Ulang Tahun Keponakanku