Mengungsi

Republika.co.id
"Menunggu adalah hal yang membosankan."
Itulah yang dikatakan sebagian orang perihal menunggu.

Ya, menunggu memang membosankan, tapi kadang menjadi sebuah keharusan. Dan sejak beberapa bulan, aku sedang menunggu. Tidak hanya aku, tapi juga semua orang di daerahku, bahkan mungkin di beberapa daerah.

Kami sedang menunggu turunnya hujan. Apalagi setelah mengetahui bahwa di beberapa daerah sudah turun, bahkan di daerah kota juga. Harapan kami jadi semakin besar.

Daerahku mengalami kekeringan, air sumur semakin surut. Tanaman banyak yang mati. Semakin hari, semakin sulit mendapatkan air. Begitupun sumur dekat rumahku sudah kering dan tidak bisa digunakan. Untungnya masih ada sumur tetangga, jadi bisa ikut mengambil air sekedar untuk wudu dan buang air kecil.

Jika kamu berkunjung ke daerahku dan melihat orang-orang menenteng ember atau jeriken, itu bukan hal yang aneh. Bagi beberapa orang yang air sumurnya masih ada, hal ini dijadikan kesempatan untuk mendapatkan peluang. Mereka menjual air seharga dua ribu rupiah per ember. Itulah yang dikatakan tetangga.

Untungnya mertua memiliki rumah di daerah tetangga yang belum ditempati, dan di sana airnya masih besar. Jadi aku dan suami setiap hari mengungsi ke sana. Biasanya kalau pagi-pagi berangkat setelah shalat subuh atau sebelum adzan. Sorenya pergi setelah asar.

Sebenarnya bisa saja kami tinggal di sana, karena sampai saat ini masih kosong. Namun karena suami tidak ingin ada gesekan dengan saudara kandungnya, jadi kami memilih pulang pergi saja.

Di rumah itu kami hanya mandi, lalu pulang. Seminggu sekali, kami mencuci. Sebetulnya tidak mau menumpuk pakaian, tapi mau bagaimana lagi di rumah sudah tidak ada air. Jadi hanya bisa mencuci seminggu sekali.

Namun dua minggu ini setiap weekday kami menginap di sana. Karena agar tidak terlalu capek katanya. Apalagi perut kami kadang tidak enak dan harus dikeluarkan segera. Jika tidur di rumah kan bahaya, jika tiba-tiba ingin keluar dan tidak air air, jadinya susah. Kami berangkat jam 20.30 atau 21.00, pagi pulang setelah mandi dan shalat subuh.

Sebenarnya capek, apalagi beberapa bulan terakhir daya tahan tubuhku lemah. Awal-awal kami bolak-balik rasanya capek luar biasa, dan aku masuk angin terus. Namun lama-kelamaan tidak terasa lagi, mungkin karena sudah biasa. Jadi walaupun pergi malam-malam, tidak sakit lagi.

Entah kapan hujan akan turun. Kami masih menunggu dan terus berharap. Semoga do'a kita semua terkabul.

#OneDayOnePost
#OdopBatch7
#GrupKairo

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Infinity of Love

Ubah Tanya dengan Doa

Manasik Haji Tingkat PAUD