Cita-Cita

blog.pucc.or.id
Pernahkah waktu kecil teman-teman bercita-cita menjadi sesuatu? Apakah sampai saat ini masih sama? Atau mungkin berubah?

Sewaktu kecil, aku bercita-cita ingin menjadi guru. Bahkan sebelum masuk SD (saat itu belum ada PAUD). Kenapa? Karena aku berpikir bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat mulia. Bagaimana tidak, mereka berjuang untuk mencerdaskan bangsa, namun gaji yang mereka terima tidak seberapa, khususnya guru honorer. Pantas saja jika mereka disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Saking inginnya menjadi guru, setiap kali berkumpul dengan teman-teman, biasanya akan bermain sekolah-sekolahan. Aku menjadi guru, beberapa teman lain menjadi muridnya. Bahagia, itulah yang dirasakan. Memang, masa kecilku dulu jika tidak sekolah, pasti berkumpul dan bermain bersama. Mungkin inilah yang jarang dirasakan anak-anak jaman now.

Selain SD, aku juga sekolah di MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah / sekolah agama). Ketika kelas 6, aku dipercaya untuk menggantikan guru mengajar, ketika mereka sibuk. Aku diminta mengajar khusus kelas satu dan dua. Yang aku rasakan tentunya sangat senang. Bukan hanya karena dipercaya membantu mengajar, tapi juga sebagai latihan menjadi guru.

Ketika MTs dan MA, cita-citaku tidak pernah berubah, tetap ingin menjadi guru. Aku punya sepupu yang usianya berbeda satu tahun, dan ada anaknya adik nenek (yang merupakan guru ngaji), saat kelas 1 MTs dan sekolah libur kami biasa bermain sekolah-sekolahan. Kebetulan di rumah nenek banyak buku pelajaran bekas paman dulu.

Saat sekolah, aku juga suka menulis. Biasanya kalau tidak ada guru aku suka coret-coret buku, diisi dengan puisi, kata-kata mutiara, atau cerita. Kadang juga suka menulis diary. Kalau membaca? Aku suka membaca sejak sebelum masuk SD. Kok bisa? Bisa dong. Walaupun masih dieja, tapi setiap ada tulisan pasti dibaca. Kalau boleh sombong, saat masuk SD aku sudah lancar membaca. Tidak heran kalau sampai sekarang, suka sekali membaca.

Setelah lulus MA, aku memutuskan untuk daftar kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung, sebut saja UIN (hehe). Di tes pertama aku memilih tiga jurusan yaitu Pendidikan Matematika (karena suka), Pendidikan Bahasa Inggris (nekat), dan Manajemen Pendidikan Islam (pelengkap pendaftaran). Tapi qadarullah, ternyata dites pertama ini tidak lolos. Kemudian mengikuti tes jalur mandiri di universitas yang sama, jurusan yang diambil yaitu Pendidikan Matematika (masih ngebet) dan Komunikasi Penyiaran Islam (sebagai pilihan kedua).

Alhamdulillah tes mandiri ini lolos. Dan qadarullan, ternyata bukan di jurusan pendidikan tapi dipilihan kedua. Berpikir positifnya, mungkin Allah tidak mengijinkanku untuk kuliah di jurusan pendidikan, pasti ada rahasia besar di baliknya.

Ternyata benar saja, dengan aku masuk jurusan ini bnyak sekali pelajaran yang didapatkan. Walaupun merubah cita-cita sebelumnya. Ya, sejak kecil cita-citaku menjadi guru, namun setelah masuk kuliah lanhsung berubah.

Sebagai informasi, sejak SD aku suka sekali dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Dari SD sampai MA, pelajaran Umum yang nilainya paling besar adalah Bahasa Indonesia. Entah kenapa, mungkin karena aku suka baca dan menulis. Atau ada alasan lain yang tidak atau belum disadari. Namun sayang, ketika kuliah hanya satu semester Bahasa Indonesia dipelajari, sedih rasanya tidak bertemu dengan pelajaran yang disukai.

Lalu apa saja yang dipelajari?
Di jurusan ini, banyak hal yang aku pelajari. Diantaranya ada publik speaking, seperti berbicara di depan umum, menyampaikan pidato, dan berdakwah. Juga belajar menulis cerita, puisi, menulis pidato bahkan membuat aotobiografi. Do sini juga aku belajar menulis script film, talk show dan radio. Juga belajar siaran, membuat film, dan lain-lain.

Di masa kuliah inilah aku bercita-cita ingin menjadi penulis, script writer, dan announcer. Beberapa kali ikut seminar kepenulisan dan media. Tapi karena beberapa kesibukan, akhirnya vakum di dunia kepenulisan. Dan baru aktif kembali sejak Agustus lalu.

Ketika beberapa hari lalu menulis tentang Joko Anwar, rasanya keinginan dulu untuk menjadi script writer tiba-tiba muncul kembali. Apalagi kemarin ada seorang teman dari salah satu grup kepenulisan (sebenarnya tidak kenal) mengajak mengirimkan naskah cerita/sinopsis ftv ke salah satu televisi swasta. Rasanya cita-cita lama ku kembali mendapatkan angin segar.

Namun tetap, karena sudah lama vakum, jadi harus belajar kembali. Apalagi belajar menulis naskah cerita untuk film dan skenario kurang lebih 5 tahun lalu, jadi banyak yang harus dipelajari kembali. Tapi aku berharap, ini adalah sebuah peluang untuk menggapai kembali cita-cita lama yang telah terlupakan. Semoga saja terkabul.

#OneDayOnePost
#ODOPBatch7
#Nonfiksi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Pesan-Pesan Cinta Untukmu

Sahabatku

Selamat Ulang Tahun Keponakanku