Kisah Sang Call Center 1

Melamar

Namaku Keyla. Di sini aku ingin menceritakan sedikit pengalaman dan perasaanku ketika bekerja menjadi seorang Agent Call Center* di sebuah perusahaan OutSourcing*.
***
Graphicriver.com
Januari 2018
Waktu terus berlalu. Sudah tiga bulan sejak aku lulus dari sebuah Perguruan Tinggi, namun belum juga mendapatkan pekerjaan. Padahal aku sudah memasukkan lamaran ke beberapa perusahaan. Ada yang melalui online, datang langsung ke perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, bahkan sampai datang ke beberapa Job Fair dari yang gratis sampai yang berbayar. Namun masih belum ada satu pun panggilan.

Malu, itulah yang aku rasakan. Bagaimana tidak? Sudah lulus kuliah, masa masih minta kepada orang tua. Kesal, pasti. Namun mau bagaimana lagi, saat ini aku hanya bisa bersabar sambil terus mencari.

Minggu pertama bulan Januari aku menghadiri acara syukuran nikahan sepupu di kampung halaman. Di sana bertemu dengan salah satu saudara, dia bercerita bahwa istrinya memiliki teman yang bekerja di sebuah perusahaan, dan biasanya di awal tahun selalu membuka lowongan pekerjaan. Kami mengobrol sebentar, kemudian aku minta untuk dipertimbangkan dulu dan meminta kontak teman saudara tersebut. 

Besoknya, aku berangkat kembali ke Bandung. Beberapa hari aku masih memikirkan untuk memasukkan lamaran ke perusahaan itu atau tidak. Tidak lupa aku pun meminta petunjuk kepada yang Maha Tahu, aku shalat istikharah, tahajud, duha, dan juga mengaji.

Setelah aku yakin, aku memutuskan untuk memasukkan lamaran ke perusahaan tersebut. Aku coba mengirim pesan bertanya apa saja yang harus disiapkan dan tak lupa meminta alamat perusahaan. Lalu, aku langsung menyiapkan semua berkas hari itu juga.

Hari senin, aku sudah siap untuk memasukkan lamaran. Tepat pukul 09.00 aku berangkat ke Halte untuk naik bus kota. Ternyata bus sudah ada, aku langsung naik saja. Beberapa menit kemudian setelah semua kursi terisi, bus berangkat. Sesuai petunjuk dari teman yang pernah ke sana, aku harus turun sebelum lampu merah. Aku minta kepada Pak supir untuk turun sebelum lampu merah, namun karena ada polisi akhirnya diturunkan di halte setelah lampu merah.

Setelah turun aku bingung harus pergi ke arah mana, sama sekali tidak ingat untuk membuka google maps. Untungnya ada bapak penjual asongan, aku langsung bertanya. “Neng ke kiri terus jalan aja nanti kelihatan ada masjid, dekat kok dari masjid,” katanya. Aku ikuti arahannya.

Aku berjalan dan terus berjalan. Tapi belum juga menemukan masjid seperti yang bapak tadi katakan. Aku lihat ada Bapak satpam di depan sebuah Bank, aku bertanya kembali. “Oh kalau itu, Neng terus aja jalan sampai nanti ada lampu merah, tempatnya setelah lampu merah,” jawabnya. Aku lanjutkan lagi perjalanan.

Rasanya aku sudah berjalan cukup jauh, namun perusahaan yang aku cari belum ditemukan. Keringat mengucur, karena cuaca Bandung memang sedang panas sekali. Hingga aku sampai di depan sebuah Kampus Seni, aku memutuskan untuk istirahat di halte depan kampus. Dikejauhan aku melihat Bapak polisi, mungkin aku bisa bertanya.

Ku hampiri bapak polisi tersebut dan menanyakan alamat perusahaan yang kucari. 

“Kalau dulu memang di sini Neng, tapi sekarang sudah pindah. Neng bisa lurus ke sana, nanti ada lampu merah terus saja, nanti ada di sebelah kiri,” jawabnya.

Aku sudah lelah, tak sanggup melanjutkan perjalanan, akhirnya aku bertanya kembali, “Kalau mau ke sana pakai angkot mana ya pa?”

“Oh neng bisa menggunakan angkot yang itu (sambil nunjuk sebuah angkot yang lewat), neng nyebrang aja nanti ada kok yang ke arah sana, bilang aja mau ke alamat yang neng cari,” jawab Bapak polisi kembali. 

Akhirnya aku menemukan kejelasan. Ternyata aku salah jalan. Seharusnya ketika turun dari bus belok kanan, sedangkan aku malah belok kiri. Bukannya sampai ke tempat tujuan, malah semakin menjauh. Ini adalah pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan.

Aku nyebrang dibantu Bapak polisi, dan langsung naik angkot yang katanya lewat ke sana. Aku menyebutkan nama perusahaan kepada sopir angkot. Untungnya saat itu jalanan tidak macet, mungkin karena masih siang. Tidak lama sopir angkot memberitahu kalau aku sudah sampai. Aku berikan ongkos ke bapak nya dan langsung turun.

Saat masuk ke gerbang, aku merasa takjub. Gedungnya tinggi, kira-kira ada 10 lantai. Dindingnya hampir 90% terbuat dari kaca. Aku membayangkan bagaimana jika ada gempa terjadi. Akhirnya aku beranikan diri untuk masuk. Setelah di lobby, aku melihat sekeliling, di sebrang pintu masuk ada seorang resepsionis. Kata temanku, langsung saja berikan kepada resepsionis, karena kalau lewat satpam takutnya tidak sampai ke HRD. 

Aku menghampiri resepsionis tersebut dan menyampaikan maksudku, yaitu untuk melamar pekerjaan. Setelah aku berikan berkas lamaran, aku langsung pergi keluar. Adzan dzuhur berkumandang. Karena sudah tidak ada kepentingan lagi di sana, akhirnya aku memutuskan untuk langsung pulang, karena sudah lelah akibat nyasar tadi.

Aku langsung pulang menggunakan bus kota. Setelah sampai asrama, aku langsung shalat dan istirahat. Hari besoknya aku pergi ke kampus untuk sekedar bermain mengisi waktu.

Selasa malam, setelah shalat dan mengaji aku memutuskan untuk langsung tidur, karena rasanya lelah sekali. Baru saja ingin memejamkan mata, tiba-tiba handphone berbunyi tanda sms masuk. Aku lihat, ternyata dari nomor yang tidak dikenal. Dari siapa sms tersebut? Awalnya aku enggan membuka, karena sering sekali ada sms spam yang masuk. Tapi karena penasaran, akhirnya aku buka. Aku terkejut saat membuka sms tersebut, ternyata itu sms yang selama ini aku tunggu.

(bersambung)

Ket:

*Agent Call Center (pegawai Call Center) : Orang yang bertugas untuk memberikan pelayanan informasi (Info Produk Perusahaan, Layanan Permintaan dan Pengaduan) melalui telpon dan komputer kepada seluruh pelanggan.

*OutSourcing : Penggunaan tenaga kerja dari pihak ketiga untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu.

#Onedayonepost #odopbatch7 #grupkairo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Pesan-Pesan Cinta Untukmu

Sahabatku

Selamat Ulang Tahun Keponakanku